Senin, 05 Desember 2011
Riku to Sora

Tahukah kau,
Mengapa tiap kalinya aku selalu melihat langit?
Tak peduli ketika siang ataukah malam
Tak kuhirau apakah hati ini sedang gundah atau pun bahagia

...tidak.
Nyatanya aku tak dapat tersenyum bahagia
Karena kau tak ada di sisiku

Tahukah kau,
Tentang alasan mengapa aku terus menatap langit?
Tidakkah kau menyadari bahwa kaulah yang kucari?
Yang mungkin terselip di balik arakan awan
Mungkin juga bersembunyi di antara bintang-bintang
Atau tertidur di balik bayangan bulan

Aku mencarimu,
Mencari sosokmu di tempat yang kutahu bahwa kau tak mungkin ada di sana
Karena kau masih tertidur, nee?

Meski saat kau terbangun nanti, aku tahu kau akan mengejar bayangku

Tapi aku tak akan bisa menatap wajahmu
Tak bisa tertawa bersamamu
Tak bisa bertarung di sampingmu
Hanya melindungi dan mengawasimu
Dari kejauhan mata...

Karena itu, aku terus mencari sosokmu
Kenangan.

Karena kau adalah harapanku, 'langit'ku

Fin.

Heaeaaaa, ngaco berat.
Btw, Sora artinya langit kan? Kalau Riku artix daratan bukan ya?
Ah, pelepas stress. Pov Riku seru jga buat diacak2 terxta...

Mirai no Uta

A/N: Ahaduh, ini pertama kalinya ya saia ngepost fic ke grup ini. Kali ini adalah sedikit kisah mengenai kegalauan Shuuya yang terinspirasi dari kegalauan saia sendiri waktu mendapat berita tentang si ‘Goenji Wannabe’ yang ternyata memang asli Shuuya sungguhan. Ah, Level-5 kau sungguh becat... (plak!)
However, genre fic ini akan sedikit nge-twist. Di mana saia memmbuat dua drabble dalam satu fic yang menceritakan tentang dua sisi pada masa yang berbeda. Dan satu lagi hal yang penting: FIC INI DIIKUTSERTAKAN DALAM LOMBA! Dan juga saia mohon supaya jangan meng-copas fic ini tanpa ijin dari saia... ^^

And here we go! XD


Inazuma Eleven © Level 5

The Fallen Kuriboh’s Special Present

Mirai no Uta

“When the future create our new destiny”

Rate: T (for some deep part)
Pair: ShuuMamo (GouEndou)
Genre: Humor, Hurt/comfort, Angst, Friendship.
Feature: 2 drabbles of light and dark side
.
.
.


Normal POV

Iris hitam itu terpaku pada layar handphone-nya. Dengan sebelah alis yang terangkat dan yang satunya berkerut heran. Dengan bibir ternganga seolah akan jatuh ke tanah bila ia meneruskan bengongnya. Dengan sebuah artikel dalam handphone yang menyala dalam genggaman tangannya.

‘Masaka.... Ore no mirai....?’

Short Goodbye

Special Drabble, canon universe

Inazuma Eleven © Level 5

Mamoru's POV

Di senja yang gemerlap itu, kau memutuskan untuk pergi. Pergi meninggalkan tim kita, sesuai dengan perintah pelatih inazuma caravan. Tak ada yang setuju mengenai perintah itu, namun beberapa menyadari bahwa perintah pelatih adalah hal yang absolut. Aku tahu itu, dan harusnya aku tak menentangnya. Mengingat posisiku sebagai kapten.

Tapi... Entah kenapa kaki ini ikut berlari mengejar sosokmu yang pergi menjauh...

"Kau serius akan pergi dari Inazuma caravan?!" Aku berhenti tepat beberapa meter dibelakangnya, menatap punggungnya. Dia sama sekali tak menjawab, menoleh pun tidak.

"Aku tak bisa berjuang bersamamu..." Mata itu. Walaupun hanya sekilas, saat melihat pandangannya aku tak dapat berkata apa-apa. Semua ucapanku tadi seolah terpatahkan. Dia berkata seolah dia telah tak punya hak untuk berada di sini. Harusnya aku menariknya dan menyeret anak itu kembali, namun entah kenapa aku hanya terpaku membiarkannya menjauh...

"Berjanjilah kau akan kembali!" Ditengah kecengoan(?)ku, aku mulai membuat janji padanya. Dia terdiam, tetap berjalan menjauh tanpa menoleh sedikitpun. Mungkin ini sebuah janji yang kuputuskan secara sepihak, namun aku percaya padanya. Shuuya bukanlah orang yang akan melanggar janji kan?

Sebuah perpisahan. Mungkin ini bukan perpisahan yang baik-baik, namun ini bukanlah akhir. Janji itu akan jadi awal lahirnya kekuatan baru...

Inazuma Caravan

Hingga akan terlahir kekuatan baru dari persilangan antara api dan es.

FIN

A/N: Dan lagi-lagi ini memang ficlet lama yang menumpuk di note fb. Tentunya masih dengan canon universe. Ah, tahu nggak sih... mereka itu awesome! XD (plak!)

Ah sudahlah, mari kita akhiri saja ._.

Drabble, Shaman King

Aishiteru Yo
Special Drabble
Shaman King © Hiroyuki Takei

Chara’s second POV


Hari-harimu berlalu seperti biasanya, tetap sama. Dengan berbagai macam keusilan dan tindakan jahilnya. Kau tahu bahwa ia sangatlah menyebalkan, namun nyatanya kau diam saja. Berusaha bersabar khusus untuknya.

Namun kadang kau lupa, akan betapa kecilnya ukuran kantong kesabaranmu. Ingatkah kau akan betapa marahnya dirimu ketika ia mengabisan botol terakhir dari susu favoritmu? Hampir saja ia mati bila Yoh tidak cepat turun tangan untuk menghentikanmu, dan ayunan kwan dao tajammu.

Dia memang menyebalkan.

Tapi nyatanya kau tak memungkiri kenyataan bahwa suatu saat ia bisa terasa begitu hangat. Di mana saat berada di sampingnya kau bisa menghilangkan segala penat. Kadang ia juga bisa menjadi begitu kuat. Mengorbankan dirinya demi menolong dan melindungimu, tanpa adanya satu pun syarat.

Tiap bersua ia selalu tak pernah lupa melempar senyum. Membuat tunduk segala macan yang mengaum. Samar-samar darinya tercium sebuah aroma mint yang harum. Dan tanpa sadar, senyummu telah terkulum

Namun tak selamanya ia akan ada di sana. Akhirnya ia memutuskan akan pergi, entah ke mana. Katanya ia akan belajar menjadi kuat sambil berkelana. Menyisakan jiwamu yang perih merana.

Air mata itu tak pernah terpecah menjadi sebuah tangis. Kau tak lagi berargumen dengannya, hanya memandang sinis. Meski sebenarnya kau juga ingin bersikap manis. Mungkin ini akan jadi akhir yang tragis.

Tunggu, kenapa kau hanya memutuskan untuk diam di tempat? Tidakkah kau juga ingin menjadi kuat? Atau kau ingin membiarkan agar hatimu terus tersesat? Tidakkah kau ingin mengungkapkannya, rasa yang selama ini hanya sekedar tersirat?

Bila kau punya kesempatan untuk mengejar, mengapa tidak kau raih saja dirinya, sang bunga es yang baru mekar?

"Ho-- chotto mate!"

Punggung itu berbalik, menampilkan sebuah lekuk wajah dengan sepasang mata obsidian yang terbaik.

"Ore wa... Wo ai ni." ucap sang pemilik mata emas dengan frekuensi suara yang rendah. Ia enggan untuk mengadah, menyembunyikan wajahnya di balik poni ravennya yang berpendar keunguan saat tertimpa cahaya, indah.

Yang baru saja mendapat pengakuan cinta hanya ternganga, menatap sang sahabat mungil dengan tatapan tak percaya. Bias, ia jadi tak yakin akan apa yang kini ia lihat, karena terangnya cahaya.

"Err, ano... ore... umm..." Yang berambut biru kehabisan kata-kata. Sesekali ia mencuri pandang lewat mata obsidiannya, menatap sang figur tercinta.

Dan jantungnya seolah dihantam truk ketika ia melihat wajah lawan bicaranya yang benar-benar bersemu merah, semerah darah.

"Aishiteru yo..."

Wajah mungil yang tertunduk itu langsung terangkat ketika sebuah kabar bahagia itu sampai di telinganya. Tangis tak lagi terbendung, tumpah sebagai sebuah air mata bahagia atas saksi bersatunya dua insan yang dipertemukan oleh cinta.

Kisah ini masih baru dimulai.

FIN

Owari, owari, owari, owari, owari, owari, iyeiyei! (plak!)
Eh apa sih? Kok saia bikin drabble romance gaje, dengan rima pula! 0_0
Haha, HoRen memang paling imuut~ X3
Asyik juga bereksperimen ama pair satu ini.

Dan...
Kay, pkokx gtu lah! (plak!)

Short Drabble, Inazuma Eleven

Arigato

Special ficlet, canon universe

Inazuma Eleven © Level 5


Mamoru's POV
"deg!"

detak jantungku makin tak beraturan. Emosi ini seolah akan meluap. Realita yang dikatakan pelatih Hibiki itu membuatku terguncang. Perasaanku tak beraturan...
"Kageyamalah yang telah membunuh kakekmu..."

Tidak. Itu tidaklah mustahil. Orang itu memang sangat membenci sepak bola. Membenci sepak bola yang sangat kusukai ini. Tapi... Apakah dengan alasan itu berarti dia berhak membunuh? Membunuh orang yang berharga bagiku?

"...." Aku membisu. Tertunduk sambil berusaha mengatur napasku. Kebencian mulai merasuki hatiku. Benci. Lebih baik kalau orang itu mati saja! Dia sudah menyakiti banyak orang! Dan itu hanya karena kebenciannya pada sepakbola. Tidakkah orang seperti dia memang tak pantas hidup di dunia ini?! Tidak, kebencian ini mulai membuatku buta...

"plok..."

"...?"

kurasakan sebuah tangan menepuk pundakku. Tangan hangat ini pasti miliknya. Kuangkat kepalaku yang tadinya tertunduk untuk menatap wajahnya. Shuuya, dia menatapku dengan ekspresi khawatir, namun kemudian mulai memaksa dirinya untuk tersenyum. Aku tahu bila kau tersenyum seperti itu pasti terasa sakit. Ya kan? Kau sendiri juga merasakan hal yang sama denganku. Adikmu koma karena perbuatan Kageyama. Tapi ditengah hal yang membuat frustasi seperti itu, mengapa kau masih memaksakan dirimu untuk tersenyum?

Tersenyum untuk membuatku merasa lebih baik...

Dan kau bukanlah orang yang biasa mengumbar senyuman. Karena itu, tiap senyumanmu terasa penuh arti. Melihat wajah itu, juga wajah seluruh temanku aku tak memiliki kuasa lagi untuk mengeluarkan amarah. Tak bisa, aku tak ingin menodai hal yang paling kusukai ini dengan dendam. Karena aku memiliki kalian semua, sebagai sahabat yang berarti...

Terimakasih...
Teman-teman, Shuuya...
Dan juga kakek...

Karena telah mengajarkan hal yang sangat berarti dalam hidup ini...

Sepak bola.

End.

A/N: Ah, ini sebenernya canon dari Inazuma Eleven yang pas mau lawan Zeus atau mana gitu. Pokoknya pas itu pelatih Hibiki ngomong kalau jii-chan Mamoru (yang aslinya masih hidup sehat wal afiat) dibunuh Kageyama.
Dan demi apa pula saia nge-post ficlet lama yang tertimbun di note fb ini ke blog. (blog buat penilaian pelajaran BI pulak!)